Judul:
AKU atau DIA?
Run time: 97 menit
Sutradara: Affandi Abdul Rachman
Penulis Skenario: Affandi Abdul Rachman dan Nataya Bagya
Produser Pelaksana: Syaiful Wathan
Penata Kamera: Enggong Supardi
Penata Artistik: Benny Lauda
Penyunting: Yoga Krispratama
Penata Suara: Khikmawan Santosa
Penata Music: Aghi Narottama dan Bemby Gusti
Para Pemeran:
Julie Estelle, Rizky Hanggono, Aline Adita, Fedi Nuril, Sophie Navita, Lukman Sardi, Verdi Solaiman, Shara Aryo, Alex Abbad, Yama Carlos, Edo Borne, TJ, Ringgo Agus Rahman, Ananda Omesh, Lenna Tan
Sinopsis:
Novi dan Dafi adalah ‘campus sweetheart’, bertemu saat kuliah dan berpacaran terus hingga keduanya lulus. Walaupun hubungan mereka tidak tanpa cacat, Novi dan Dafi berhasil menjalaninya selama 4 tahun. Novi sangat mencintai Dafi dan selalu berusaha mendukung apapun yang dikerjakan Dafi, termasuk karirnya sebagai pengacara. Sebagai pengacara muda, Dafi menginginkan karirnya melesat. Amara, pengacara senior di Amara & Partners, melihat keinginan Dafi dan memanfaatkan situasi ini dengan menawarkan posisi partner untuk Dafi. Dafi tidak menolak dan menyambut baik tawaran Amara.
Konsekuensinya, Dafi terpaksa mengorbankan hubungannya dengan Novi demi posisi. Novi tidak menyangka Dafi percaya dan sedih bukan kepalang. Untung bagi Novi, di tengah rasa putus asanya, ada Pipit, Wawan dan Asep, saudara-saudaranya yang selalu siap menghibur dan membantunya melupakan Dafi.
Secara kebetulan Novi mendengarkan acara radio Heart-Break.Com di mana Mbak Elza membahas kisah patah hati karena orang ketiga. Novi pun menghubungi Mbak Elza untuk membantunya menemukan jawaban atas apa yang dilakukan Dafi padanya.
Dibantu tim Heart-Break.Com dengan special agent Rama yang bekerja sama dengan saudara-saudaranya, Pipit, Asep dan Wawan, Novi berusaha merebut kembali perhatian Dafi. Kebersamaan Novi dengan Rama membuat perhatian Rama terpecah antara menyelesaikan misi dan perasaannya terhadap Novi.
Catatan:
Kali ini agen-agen Heart-Break.Com (HBDC) kembali beraksi untuk menangani kasus yang lebih dewasa dan berbahaya. Intinya tetap kasus patah hati dan HBDC diminta bantuannya untuk ‘mengembalikan’ Dafi kepada Novi. Dan Mbak Elza, selaku CEO HBDC mengambil resiko untuk menurunkan Rama, agen andalannya. Dan kisahnya pun menjadi semakin berbahaya.
Kalo dalam seri pertama film ini ceritanya lebih berfokus kepada kisah perjuangan Agus, dibantu karibnya Wawan, mengembalikan Nayla dengan diatur penuh oleh HBDC, kali ini kita disuguhkan langsung ‘operasi’ HBDC yang ternyata begitu besar dan cukup rumit untuk kasus patah hati yang kadang dilihat sepele oleh sebagian dari kita. Dan memang kisah patah hati orang dewasa ternyata bisa jadi lebih ribet dibanding kasus sejenis yang melanda kaum yang lebih muda.
Bila dalam kasus Agus-Nayla kita diperlihatkan sebatas perencanaan operasi oleh HBDC, kali ini boleh dibilang kita menyaksikan langsung bagaimana agen-agen itu bekerja. Nyaris semua agen HBDC dibuka ‘kedok’nya dalam film ini. Ngga cuma identitasnya yang dibuka, dilema pekerjaan dan pribadinya pun juga dipaparkan. Sebagian agen HBDC ketauan aslinya dalam film ini.
Dan ternyata HBDC juga memanfaatkan semua hal yang bisa dimanfaatkan untuk melancarkan operasinya. Kalo dulu cuma Wawan yang ‘direkrut’ untuk bantuan, kali ini ngga tanggung-tanggung deh, satu rumah direkrut!
Dengan 15 aktor yang namanya sudah dikenal luas di masyarakat Indonesia, kali ini Affandi Abdul Rachman, sutradara sekaligus penulis skenario, memiliki tugas yang berat. Memang dalam cerita apa pun miliknya, setiap karakter yang ada pasti penting meski ‘tugas’nya kelihatan kecil, namun kali ini layar seperti kepenuhan dengan tokoh karakter tanpa mendapat waktu yang cukup. Kita mungkin bakal sering bertanya-tanya kenapa si anu atau si anu cuma tampil nyaris sekilas. Namun dalam ketatnya penceritaan, kita tetap mampu digiring untuk tetap berfokus kepada 3 karakter intinya, Dafi – Novi – Rama.
Beberapa dari 15 aktor itu adalah debutan dalam film ini, seperti TJ, Lenna Tan dan Aline Adita. Ketiganya tampil cukup pas sesuai porsi dalam cerita. Hanya saja kita melihat sisi dari TJ yang mungkin agak aneh bagi penonton yang sudah akrab dengannya dalam acara-acara di TV nasional.
Boleh saja penonton mungkin merasa Rizky Hanggono terlihat kurang cocok memerankan Dafi. Tapi justru dengan terlihat gamang, Rizky malah cocok memerankan orang baik-baik namun tergoda dengan karir yang bakal cemerlang. Dan Rizky pun sukses menampilkan sisi emosionalnya di adegan puncak film ini.
Buat yang pernah mengagumi Fedi Nuril dalam film yang bertemakan religi itu, siap-siap kecewa karena Fedi bakal memerankan Rama yang keras dengan tatapan cenderung galak namun sekaligus jiwanya rapuh karena kasus terdahulunya. Menarik malah bisa melihat Fedi memerankan karakter yang berbeda lagi dengan film-film terdahulunya. Dan ternyata Fedi ini adalah aktor yang cukup jarang tampil di layar lebar, setahun hanya sekali.
Yang ngga kalah menarik adalah peran Omesh sebagai Wawan yang kali ini seperti menjadi pendamping buat Asep, yang diperankan Ringgo. Duo ini cukup mampu menghadirkan kelucuan-kelucuan yang jauh lebih sinting daripada di film pertama. Sekalipun terlihat sebagai pendamping dan pelengkap penderita bagi Asep, karakter Wawan justru tetap bisa dimaksimalkan oleh Omesh untuk tetap bisa mencuri perhatian penonton. Dan perlu dicatat bahwa film ini adalah film kedua bagi Omesh.
Padatnya penceritaan dengan mencampur adukan elemen drama, komedi, dan aksi intelijen ini cukup bisa dinikmati tanpa harus membuat kening berkerut. Mungkin kita bisa merasa kurang durasi, namun film yang diklaim bergenre Romantic Comedy ini cukup bisa dinikmati dengan lancar dan lapang tanpa lebih dipadatkan dengan pesan-pesan verbal tentang patah hati dan kehidupan.