08 September 2010
SHREK FOREVER AFTER: Cara Cerdas Menutup Sekuel
Title:
Shrek Forever After
Director:
Mike Mitchell
Writers:
Josh Klausner, Darren Lemke
Voice Casts:
Mike Myers, Eddie Murphy, Cameron Diaz, Antonio Banderas, Julie Andrews, John Cleese, Walt Dohrn
Plot:
A bored and domesticated Shrek pacts with deal-maker Rumpelstiltskin to get back to feeling like a real ogre again, but when he's duped and sent to a twisted version of Far Far Away -- where Rumpelstiltskin is king, ogres are hunted, and he and Fiona have never met -- he sets out to restore his world and reclaim his true love.
Note:
Kayaknya baru dua kali deh seumur-umur gue nonton 2 film back to back di bioskop. Seinget gue, yang dulu itu begitu selesai film pertama langsung lari ke loket beli lagi tiket film selanjutnya. Kalo kali ini masih sempet break delayed lunch dulu bareng-bareng sebelom lanjut ke theater selanjutnya. Iya, 2 film tapi beda theater sekalipun berdekatan lokasinya, bahkan terasa masih dalam gedung pertokoan yang sama (cuma di Jakarta kayaknya bisa begitu).
Anyway, yang terpenting dari ‘acara’ menonton back to back itu adalah gue masih bisa menikmati kedua film itu dan bisa ingat apa-apa saja yang memorable dari kedua film itu. Itu juga tergantung dari seberapa bagus keduanya sih. Beruntung kali ini ngga salah pilih film. Dan salah satunya adalah installment terakhir dari Shrek ‘saga’ ini.
Kesan pertama dari cerita film ini adalah kehabisan ide. Tapi justru dari cara bercerita seperti itu malah membawa kesegaran tersendiri untuk babak akhir dari perjalanan raksasa hijau dodol ini. Dan ternyata dalam cerita kali ini, si raksasa hijau ngga sedodol yang dikira; lebih dodol deh!
Menyaksikan film ini terasa sama segarnya seperti pertama kali liat seri pertamanya. Sekalipun ceritanya berbeda, tapi semuanya terkait langsung dengan cerita di seri-seri sebelumnya yang mampu bikin gue tertawa fresh dan pikiran refresh. Logika cerita sama berantakannya dengan cerita di seri pertama, bahkan memang sengaja diacak-acak dari ‘pakem’ Shrek series. Dan di situlah letak kesegarannya. Mengacak-acak pakem jadi cara cerdas untuk mengakhiri quadrilogy ini hingga meninggalkan kesan bagi penggemarnya (yang mungkin hampir aja bosan dengan tiga installment sebelumnya). Akhirnya beneran jadi forever after.
Hiburan yang maksimal ini juga bisa dipilih dalam format 3D. Tapi dengan cerita yang segar malah bikin gue lupa kalo ada format 3D-nya. Hahahaha
No comments:
Post a Comment