“Cara Luar Biasa untuk Tampil Biasa-biasa”
catatan Edwin Rizky Supriyadi
Tulisan ini sekadar catatan dan sharing perjalanan diet saya, bukan sebagai bahan promosi apa pun. Tetapi apabila ada yang lantas termotivasi adalah di luar intensi awal saya menuliskan catatan ini.
tulisan sebelumnya [Pencerahan]
Permulaan
Pada akhir Desember 2017 saya bulat memutuskan, saat saya memang masih “bulat”, untuk memulai diet Ketogenic pada awal Januari 2018. Dan setelah memberi jeda waktu karena merayakan Tahun Baru Masehi, karena masih berkesempatan “dibebaskan” mengonsumsi makanan “tidak terbatas”, akhirnya saya melaksanakan diet Ketogenic pada Hari Kamis tanggal 4 Januari 2018.
Sebetulnya tidak ada hal khusus kenapa saya memulainya pada tanggal tersebut, tetapi selain karena memberi kesempatan diri merayakan liburan Tahun Baru, pilihan memulai diet pada hari kerja karena mempertimbangkan kondisi kantor yang seperti biasanya akan lebih teratur dibanding pada kondisi saat liburan di rumah. Belum lagi pilihan makanan Keto Friendly yang ada di sekitar kantor lebih banyak dan lebih mudah diakses dibanding di rumah.
Saya memulai diet tanpa target mencapai berat badan tertentu. Saya memulai diet hanya khusus untuk membuktikan seperti apa kondisi sebenarnya pelaksanaan diet Ketogenic sehari-harinya dan apa yang akan badan saya alami selama minimal 3 bulan menjalaninya.
Karena melakukan diet tanpa target berat badan, saya tidak pernah mengambil foto diri saya pada awal memulai diet Ketogenic. Saya juga tidak melakukan pengukuran lingkar perut, lingkar pinggang, lingkar dada dan ukuran tubuh lainnya sebelum melaksanakan diet kecuali mengukur/menimbang berat badan pada pagi hari tanggal 4 Januari 2018.
4 Januari 2018
Berat badan saya pada pagi hari tanggal 4 Januari 2018 waktu itu adalah 105,5 kilogram. Ukuran kemeja yang saya pakai saat itu nomor 16½, untuk merk Alisan, yang mungkin setara dengan XXL, sedangkan ukuran celana kira-kira nomor 40, yang berdasarkan perkiraan saja karena dalam beberapa tahun terakhir saya lebih banyak menggunakan celana yang dijahit khusus.
Pada pagi hari tanggal 4 Januari 2018 saya memulai hari pertama diet yang sekaligus memastikan jadwal kebiasaan yang baru. Waktu untuk bangun pagi tidak berubah, kegiatan ke kamar mandi untuk buang air kecil setelah bangun pagi juga tidak berubah, tetapi ada beberapa kegiatan lain setelah itu yang berubah.
Segera setelah buang air kecil pagi hari saya menimbang berat badan untuk dicatat lengkap dan detail beserta angka koma/desimalnya. Lalu selanjutnya saya minum lemon infused water yang sudah disiapkan sejak malam sebelumnya. Baru lah setelah itu saya lanjutkan pagi dengan mandi dan bersiap untuk berangkat ke kantor.
Saya langsung “memaksa” badan saya untuk tidak mengonsumsi sarapan pagi, saya memilih untuk memulai makan pertama pada jam 12 siang yang berbarengan dengan waktu makan siang. Meski langsung makan pada jam makan siang, pada hari pertama itu saya masih membawa bekal grilled fish dan tumis frozen vegetables, menu sarapan untuk diet saya selama beberapa tahun terakhir, untuk dikonsumsi sebagai tambahan menu makan siang saya.
Sarapan dan Kopi
Pilihan untuk tidak sarapan tentu saja membutuhkan adaptasi. Pada awalnya saya tetap merasakan kepala agak pusing. Adaptasi kepala pusing dan perut yang agak keroncongan terjadi hingga 7 hari selanjutnya, mirip-mirip adaptasi saya pada setiap permulaan berpuasa di bulan Ramadan.
Tetapi yang sangat membedakan dengan hari-hari awal puasa bulan Ramadan adalah dalam diet Ketogenic masih diperbolehkan minum kopi pada pagi hari, yang tentu saja kopi tanpa gula, tanpa cream atau susu. Hal ini sangat menyenangkan hati saya meski pada awalnya sempat bikin saya ragu.
Sebelumnya saya selalu takut minum kopi dalam kondisi perut kosong yang belum diisi makanan. Sementara dalam diet Ketogenic sangat disarankan untuk tidak sarapan. Dalam ngopi-ngopi bulan Desember 2017, Herbert memberikan logika sederhana untuk menjawab keraguan dan ketakutan saya, “lambunglu itu isinya asam, kopi juga asam. Logikanya, kalo asam ketemu asam mustinya ngga apa-apa. Tapi kalo elu merasa ngga yakin, coba pagi-pagi minum lemon infused water dulu atau cuka apel. Kalo abis minum itu lambunglu aman-aman aja, artinya lambunglu juga aman untuk kemasukan kopi.”
Badan saya sejak lama memiliki toleransi yang tinggi terhadap kafein, seberapa banyak kopi yang saya konsumsi dalam 1 hari dan pada jam berapa pun, kafein kopi tidak bisa menghalangi saya untuk ngantuk apabila jam tidur sudah tiba. Apalagi sejak saya “belajar” ngopi beberapa tahun yang lalu, saya sangat bisa menikmati kopi straight black tanpa gula, tanpa pemanis, tanpa cream/susu. Kopi pagi saya selalu bebas dari zat-zat tambahan. Kopi pagi saya selalu untuk ritual kesenangan, bukan sekadar moodbooster.
Menu Makan Siang
Persiapan mental yang paling penting dalam diet Ketogenic buat saya adalah menyiapkan menu makan siang yang bisa didapat dari lingkungan di sekitar kantor. Beberapa hari sebelumnya saya sudah meng-interview office boy tentang menu makanan apa saja yang ada. Dan ternyata banyak yang tergolong Keto Friendly. Di antaranya ada Soto Betawi, Sate Kambing, Tongseng Kambing, Gulai Kambing, Cincang Padang, Krecek, Opor Telor, Gulai Tunjang, Rendang Daging, dan Gulai Cumi. Dari sekian banyak pilihan menu makan siang itu sempat juga saya atur jadwalnya karena barangkali saya akan menemukan kebosanan. Tetapi pada prakteknya kemudian saya malah sering memilih makan siang dengan salah satu di antara 3 menu berikut ini; Sate dan Gulai Kambing, Ayam Bakar dengan porsi besar lalapan, atau 1½ porsi Soto Betawi full jeroan.
Gulai Tunjang, Telur, Daun Singkong
No comments:
Post a Comment