25 January 2009
PINTU TERLARANG: Warning: No Spoiler Allowed!
Judul:
Pintu Terlarang
Sutradara:
Joko Anwar
Pemeran:
Fachri Albar, Marsha Timothy, Ario Bayu, Tio Pakusadewo, Henidar Amroe
Catatan:
Kayaknya bener deh apa yang dibilang Joko Anwar supaya ngga baca novelnya sebelum nonton film ini. Karena udah baca, di sepanjang film gue jadi lebih memperhatikan alur cerita dengan sedikit terjebak membandingkannya dengan cerita di novelnya. Padahal banyak tampilan-tampilan visual yang memerlukan lebih banyak konsentrasi dibandingkan sekedar alur cerita.
Dalam film ini cerita keseluruhan terfokus pada pencarian jati diri seorang Gambir melalui pemecahan misteri semua kejadian di sekelilingnya pada orang-orang terdekatnya. Dalam proses pencarian tersebut, ditampilkan banyak sekali gambar-gambar yang menggugah kewarasan gue. Bahkan sejak adegan awal dan juga divisualkan dalam opening title bikin gue tersedot ke dalam sebuah dark ride yang semakin bikin gue deg-degan.
Struktur penceritaan yang rapi bikin gue ngga bisa sempat berhenti untuk bosan dan mengantuk. Mirip novelnya yang ngga sempat gue taruh sampai dengan selesai, film ini selalu bikin mata gue ngga lepas dari layar. Kayaknya gue diajak ikutan pusing oleh si tokoh utama dalam proses pencariannya.
Adegan penyiksaan si anak kecil misterius, bikin gue mikir banyak soal efek kekerasan pada anak-anak di masa dewasa mereka, ato bahkan di masa sebelum mereka dewasa. Ngeri banget!! Musti lebih hati-hati kayaknya untuk semua jenis kekerasan dan adegan kekerasan yang bisa dilihat/didengar anak-anak, sekalipun cuma ‘kekerasan’ verbal.
Ada pengurangan tokoh dari novelnya, tapi memang tujuannya supaya penonton lebih fokus kepada tokoh utama. Misteri dan kejadian-kejadian di luar dugaan yang dihadapi Gambir memancing gue berpikir apakah hal-hal itu juga ada di dunia nyata.
Joko Anwar sepertinya bersenang-senang sekali dalam pembuatan film ini. Sepertinya seluruh kemampuan dan kesenangannya dituangkan secara menyeluruh dalam film ini. Mulai dari desain opening title terlihat jelas seperti apa genre film favorit si sutradara. Beberapa adegan mengerikan sayangnya ngga terlalu menusuk gue yang udah baca novelnya (ato gue yang udah mati rasa ya??).
Tapi secara keseluruhan film ini menyampaikan sebuah pengalaman menyaksikan film yang sebenarnya; film yang banyak bercerita dengan bahasa visual dalam ‘kekuatan penuh’. Ngga cuma adegan dan akting (semua aktor bermain dengan mantap dan catatan tersendiri untuk akting Marsha Timothy yang tampil beda dan bagus!) tapi juga tone warna, pencahayaan bahkan beberapa billboard/papan nama jalan/nomor pintu ruangan yang ajaib, membuat atmosfir film ini betul-betul thriller dan sinting!
Visualisasi pemecahan misteri jati diri gambir bikin gue nyaris teriak, “YES!!” Sekalipun berbeda dengan yang di novel, justru scene seperti itu yang tepat dengan alur cerita dalam film ini. Ada perasaan lega begitu film selesai, seperti perjalanan gelap baru aja selesai. Tapi ending yang keren, jadinya tetep bikin film ini jadi melekat terus di kepala.
Dari novelnya yang drama thriller diadaptasi dengan bebas menjadi film yang psychological thriller. Ngga terlalu menakutkan secara visual tapi lebih meneror mental. Gue sebenernya jarang banget berani nonton film thriller kayak gini. Tapi berhubung film sejenis masih jarang diproduksi oleh sineas asli Indonesia, tentunya wajib gue tonton. Apalagi gue selalu jadi fans bagi seorang Joko Anwar, yang katanya masih belom punya DVD film pertamanya.
Cameo cukup bertaburan dalam film ini. Bukan cameo juga sih, karena beberapa meski tampil singkat tapi cukup mencuri penampilannya. Tapi ada satu penampilan cameo yang bikin gue kaget karena beliau sudah lama tak terdengar kabarnya; George Sapulete, seorang pelawak senior yang pernah tergabung di Srimulat, yang selalu melafalkan namanya sendiri jadi, “Josss…….Sapulete!”
Gue capek (tapi puas!) waktu nonton filmnya. Tapi lebih capek waktu nulis ini supaya bisa nahan ngga ngasi spoiler apa pun! Kali ini spoiler dalam bentuk apa pun dan sekecil apa pun bakalan mengurangi keasyikan menonton Pintu Terlarang.
2 comments:
tenks. jadi pengen nonton nih. gw link dari blog gw yah...
Wah, ulasannya menarik nih. Mumpung aku belum baca bukunya mendingan lsg liat filmnya aja.
Udah lama nggak nonton film Indonesia, karya Joko Anwar terakhir yg kutonton udah lama banget Janji Joni.
Eh tulisan resensinya menarik. Aku link ke blog resensi film-ku di wordpress yah.
Post a Comment