09 December 2008
BODY OF LIES: World Police: Behind the Scene
Title:
Body of Lies
Director:
Ridley Scott
Writers:
William Monahan (screenplay)
David Ignatius (novel)
Casts:
Leonardo DiCaprio, Russell Crowe, Mark Strong, Golshifteh Farahani, Oscar Isaac, Ali Suliman
Plot:
Roger Ferris (Leonardo DiCaprio) is a covert CIA operative working in Jordan searching for terrorists who have been bombing civilian targets. Ferris uncovers information on the Islamist mastermind Al-Saleem (Alon Aboutboul). He devises a plan to infiltrate Al-Saleem's terrorist network with the help of his boss back in Langley, Ed Hoffman (Russell Crowe). Ferris enlists the help of the Chief of Jordanian Intelligence, Hani Salaam (Mark Strong) on this operation, but he doesn't know how far he can trust him without putting his life in danger. The uneasy alliance leads to a cultural and moral clash between the men.
Note:
Udah lama juga ngga nonton di bioskop murah! Sambil nunggu waktu acara ngumpul-ngumpul ya sekalian aja nonton bioskop sebentaran.
Sejak liat trailernya, gue cukup tertarik nonton film ini. Dari trailernya sih keliatan kalo film ini tensi tinggi dan dilatari cerita spionase yang cukup seru. Sekalipun nonton dengan agak mendongak (gue paling benci duduk di posisi depan kalo di bioskop murah kayak gini) tapi gue masih cukup bisa menikmati tensi film ini.
Spionase di sini digambarkan cukup membumi, cukup dekat dengan kenyataan. Ngga ada agen rahasia yang perlente, sekalipun tetep canggung untuk berbaur dengan lingkungan sekitarnya; secara dia tinggi dan bule yang musti secara intens memata-matai di salah satu negara Arabia. Mampu berbahasa lokal dengan fasih pun ngga bikin dia jadi gampang melaksanakan tugasnya. Sang target utama tetep jauh lebih jago strategi dengan selusin kaki tangannya.
Sekalipun ngga melulu adegan aksi spionase, film ini tetep menjaga tensinya di beberapa adegan ‘drama’ dengan dialog-dialog ‘politis’nya
Asyik juga liat cara kerja mata-mata di film ini. Sebenernya sih seneng liat kerjaan komandannya yang kelewat nyantai ngurusin spionnya dan seenak perutnya ngasi komando. Sementara si mata-mata nemuin kondisi lapangan yang jauh banget dengan ‘template’ yang disiapin dari ‘kantor pusat’. Kondisi kayak gini jadi inget kerjaan gue sehari-hari :D
Karakter di film ini ngga digambarkan murni hitam dan putih. Nyaris semuanya dalam naungan karakter yang abu-abu. Komandan dan anak buahnya aja masing-masing punya kepentingan-kepentingan yang bertolak belakang dengan tugas mereka. Bantuan yang disediakan menurut ‘template’ kerja mereka pun tidak sesuai job desc ‘yang seharusnya’. Sampai-sampai gue berpikir, ini spionase ato politik?!
Tapi kalo diliat dari latar belakang cerita, akhirnya gue ngerti juga bahwa spionase Amerika di negara-negara Arab ngga lepas dari kepentingan politik (sekalipun ujung-ujungnya tetep kepentingan ekonomi) sehingga cara-cara spionasenya ngga lepas dari cara-cara politik juga; tidak peduli kawan ato lawan karena kepentingan (tujuan) yang lebih utama.
Namun dengan cantik, film ini juga menyampaikan pesan bahwa sekalipun mengutamakan kepentingan, pelakunya tetaplah manusia. Rasa dan hati nuraninya ngga gampang dimatikan begitu saja. Begitu juga dengan kemerdekaannya.
‘Template’ yang disiapkan dan sudah berhasil pada ‘kasus’ terorisme sebelumnya, ngga gampang bisa diterapkan untuk kasus-kasus sejenis. Teroris Arab boleh aja terlihat sama di mata Amerika, tapi penanganan teroris ngga bisa pukul rata.
Labels:
Movies
No comments:
Post a Comment