08 July 2008
INDIANA JONES AND THE KINGDOM OF CRYSTAL SKULL: NostalGila bersama Trio Lucas Spielberg Ford
Title:
Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull
Director:
Steven Spielberg
Actor:
Harrison Ford, Ray Winstone, Marion Ravenwood, Shia LaBeouf, Cate Blanchett
Plot:
During the Cold War, Soviet agents watch Professor Henry Jones when a young man brings him a coded message from an aged, demented colleague, Henry Oxley. Led by the brilliant Irina Spalko, the Soviets tail Jones and the young man, Mutt, to Peru. With Oxley's code, they find a legendary skull made of a single piece of quartz. If Jones can deliver the skull to its rightful place, all may be well; but if Irina takes it to its origin, she'll gain powers that could endanger the West. Aging professor and young buck join forces with a woman from Jones's past to face the dangers of the jungle, Russia, and the supernatural.
Note:
Sejak mulai tampilan opening title, gue langsung ngeh kalo film ini dibuat dengan tujuan nostalgia! Iya, nostalgia dari tim pembuatnya kepada fans Indiana Jones semuanya. Dari pemilihan font judul jelas banget kalo mereka pingin banget mengembalikan kenangan fans Indy balik ke Raiders of The Lost Ark. Dan gue langsung ngilangin semua ekspektasi gue untuk film Indy seri ke 4 ini.
Awalnya gue sempet ‘memuja’ Indiana Jones hanya untuk triloginya. Buat gue Indiana Jones cukup bercerita di triloginya. Serial TV-nya buat gue sekedar menambah wawasan tentang background ‘kenakalan’ Henry Jones Jr. a.k.a Indiana Jones. Gue ngga terlalu suka dengan serial TV-nya terutama pada masa remajanya karena diperankan Sean Patrick Flannery. Mungkin karena gue keburu melihat cuplikan Indy remaja di Indiana Jones and The Last Crusade yang diperankan almarhum River Phoenix. Di situ gue terkesan banget pada penampilan kakak dari Joaquin Phoenix itu. Buat gue penampilan River di situ ‘nyambung’ banget dengan Harrison Ford.
Ngomongin Raiders of The Lost Ark, pada adegan-adegan awal Kingdom of Crystal Skull malah merubah ekspektasi gue untuk semakin masuk ke dalam nostagianya. Gue berharap banget untuk ‘bertemu’ dengan banyak gimmick yang membuat gue semakin terbuai kenangan seperti gue pertama kali nonton seri Indiana Jones di bioskop bertahun-tahun yang lalu. Dan buat gue, trio Lucas Spielberg dan Ford cukup sukses membawa gue ke sana. Hampir semua elemen masih seperti seri film-film sebelumnya. Sepertinya secara ngga sadar sepanjang film ini gue ‘sibuk’ bersorak dan terbahak-bahak. Dan ceritanya yang ‘ringan’ ngga terlalu jadi perhatian gue. Toh cara penyampaiannya masih dalam pace yang pas.
Tapi sejenak gue merasa film ini masih dalam spirit yang sama dengan Superman Returns, mencoba mengembalikan hype seperti seri sebelumnya. Dan ngga cuma melanjutkan, film ini juga membuka ‘peluang’ dibuatnya sekuel selanjutnya. Yang menarik, peluang sekuel ini ngga cuma sekedar lanjutan tapi juga ‘suksesi’ bagi peran si professor gila petualangan ini. Dan gue ngga menganggap Harrison Ford sudah terlalu tua untuk masih bergelantungan pada cemetinya.
Tapi kalo boleh usul sih, kayaknya asyik juga kalo mau bikin serial Indy berikutnya ikutan trend ‘reboot’ seperti film-film ‘serial’ lainnya. Mungkin bakal lebih menarik, karena timeline cerita biar masih di sekitar Perang Dunia II. Dan keterbatasan temuan teknologi pada masa itu menjadi gimmick tersendiri.
Bersyukur gue masih sempet nonton film ini di bioskop. Selesai nonton film ini, bukan ceritanya yang membekas tapi malah kenangan lama yang makin terbayang-bayang. Ngga jelek koq. Malah makin bikin kangen.
No comments:
Post a Comment