13 December 2009
HARRY POTTER AND THE HALF BLOOD PRINCE: Sampai Ketemu di Seri ke 7
Title:
Harry Potter and the Half Blood Prince
Director:
David Yates
Writers:
Steve Kloves
Cast:
Daniel Radcliffe, Rupert Grint, Emma Watson, Jim Broadbent, Elarica Gallacher, Robbie Coltrane, Michael Gambon, Maggie Smith, Alan Rickman, Bonnie Wright, James Phelps, Oliver Phelps, Julie Walters, Mark Williams, David Thewlis
Plot:
In the sixth year at Hogwarts School of Witchcraft, and in both wizard and muggle worlds Lord Voldemort and his henchmen are increasingly active. With vacancies to fill at Hogwarts, Professor Dumbledore persuades Horace Slughorn, back from retirement to become the potions teacher, while Professor Snape receives long awaited news. Harry Potter, together with Dumbledore, must face treacherous tasks to defeat his evil nemesis.
Note:
Berhubung sudah kadung ngikutin saga novelnya sejak awal, kisah saga di filmnya menjadi wajib juga gue ikutin. Secara jujur sih, gue nonton filmnya dulu (episode Philosopher Stone) baru kemudian tertarik ngikutin novelnya. Dan sejak itu ‘penyakit’ perbandingan novel – film jadi nggak terhindarkan.
Tapi gue selalu punya ‘resep’ khusus untuk meredam ‘penyakit perbandingan’ itu dengan mengingat-ingat pada ‘kasus’ film-film Batman karya Tim Burton yang semuanya tidaklah linier dengan cerita Batman yang pernah ada pada komik-komiknya, bahkan Tim Burton cenderung membuat realm sendiri untuk Batman versinya. Tentunya tidak melanggar pakem-pakem cerita Batman yang sudah ‘baku’.
Berbeda lagi dengan ‘kasus’ Angels and Demons yang berusaha dituangkan menjadi tight-packed thriller action movie dengan banyak menghilangkan cerita-cerita ‘sebab’ yang bisa menciptakan thriller tertentu pada novelnya.
Nah dalam Harry Potter’ Saga, dengan mengingat 2 ‘kasus’ yang gue sebutin sebelumnya, pastinya gue meredam ekspektasi dan ‘penyakit perbandingan’ serendah-rendahnya. Dan sejauh ini, sebagus apapun adaptasinya ke layar lebar, hanya 2 film pertama Harry Potter’ Saga yang mampu membawa aura novelnya dengan pas.
Tapi khusus dalam film installment ke 6 ini gue cukup mendapatkan aura gelap seperti yang disampaikan novelnya. Sekalipun ada sedikit kekecewaan gue dalam beberapa visualisasi adegan yang ga sesuai imajinasi gue (karena ‘penyakit perbandingan’), tapi gue menangkap aura yang tidak mengenakkan, sama seperti saat gue nonton film-film sekuel ‘jembatan’, seperti The Empire Strikes Back (Star Wars Episode V), Attack of The Clones (Star Wars Episode II) dan Matrix Reloaded, menuju film konklusinya. Film-film sekuel ‘jembatan’ ini punya ending yang tidak ‘ended’. Sama seperti yang gue dapat di Harry Potter and The Half Blood Prince ini.
Sekalipun pengungkapan siapa The Half Blood Prince tidak sedramatis di novelnya, perasaan gelap, kosong dan gelisah bisa gue dapat seperti saat membaca novelnya. Ending yang berbeda dengan novelnya (yang menurut gossip ending novel ke 6 bakal jadi prolog di film installment ke 7) malah ga bikin gue kecewa. Ending film ini makin bikin perasaan gue kosong dan kehilangan.
Sampai ketemu di seri ke 7.
No comments:
Post a Comment