tag:

09 December 2008

TAKUT (FACES OF FEAR): Bukan Horor Indonesia Pasaran



Judul:
Takut (Faces of Fear)

Sutradara:
7 Sutradara Muda Indonesia

Pemain:
Marcella Zalianty, Lukman Sardi, Dinna Olivia, Wiwied Gunawan, Shanty, Fauzi Baadillah, Shareefa Daanish, Eva Celia

Catatan:
Bukan satu film utuh nih, lebih mirip album kompilasi beberapa film pendek. Tagline-nya aja: 6 Cerita , 7 Sutradara, 1 Jeritan. Sebelum dikompilasi seperti ini, salah satunya pernah dirilis sendiri sebagai film pendek di salah satu festival film di Jakarta juga. Dan film itu, Dara, akan diadaptasi ulang menjadi film full feature berjudul Macabre oleh tim sutradara yang sama.

Takut adalah sedikit dari film horor yang gue tonton di bioskop. Dan dari sedikit film-film horor itu, semuanya adalah film Indonesia. Untuk film Indonesia aja gue bener-bener milih untuk ditonton di bioskop apalagi untuk film horornya. Khususnya untuk Takut ini, karena gue cukup penasaran dengan Dara, yang katanya adalah film genre horor slasher gore pertama yang pernah dibuat sineas Indonesia.

Nonton film ini di INAFFF 2007 ternyata adalah premier film ini sebelum pada minggu berikutnya diputar regular di bioskop yang sama. Berhubung diputar di festival semacam INAFFF, tiket yang berlaku untuk free seating alias duduknya milih sendiri; siapa cepat masuk dia boleh milih seat yang paling nyaman untuk dirinya.

Pintu auditoriumnya belum dibuka, tapi antrian sudah cukup panjang. Dus yang berisi selusin donat yang baru gue beli ternyata musti dititipin di CRO depan. Dan untungnya emang musti dititipin karena antrean penonton semakin bejubel. Dalam suasana gerah dan sedikit kesal dalam antrian, gue juga sekaligus terharu karena banyak juga yang antusias menonton film horor Indonesia yang sudah mulai disebut sebagai genre sampah di benak penonton film Indonesia (sekalipun masih tetep ada yang nekad mbayar untuk nonton sampah!).

Pintu auditorium dibuka dan setelah tiket disobek petugas, mulai deh pada berlari dengan niat memilih seat terbaik. Tapi dengan strategi yang tepat ditaruhnya 2 SPG rokok sponsor pas di tikungan sebelum sampe di deretan seat penonton. Minimal para pelari menjadi terganggu konsentrasinya sebentar. Gue dan istri berhasil dapat seat yang paling tengah sekalipun masih agak depan.

Dan setelah ada pembukaan sedikit dari panitia (tiap festival film emang biasa begitu), film dimulai dengan pemutaran film komedi pendek berjudul ‘Mengejar Untung’ yang merupakan karya pertama dari Ringgo Agus Rahman. Pemutaran film yang juga dihadiri sutradaranya ini cukup mendapat sambutan baik. Tapi koq buat gue lebih lucu behind the scene-nya (tayang bersamaan dengan end credit) dibanding filmya :D

Film Takut pun mulai. Begitu lampu mulai padam, baru sadar bahwa gue jarang banget nonton film horor di layar lebar. Bakalan jadi dark ride juga?

Satu per satu dari 6 film ditayangkan berturut-turut. Nuansa indie sangat terasa, terutama terpampang jelas dalam visual credit title-nya yang banyak memanfaatkan CGI yang kasar cenderung seadanya. Untungnya isi filmnya mengalahkan ‘bungkus’nya. Sekalipun beberapa idenya tidak lagi orisinal, tapi berani beda dengan tema-tema film horor yang ada di pasaran film Indonesia. Coba aja sebutin mahkluk ga’ib yang pernah muncul di film horor Indonesia, dijamin ngga ada satu pun yang muncul di 6 cerita ini. Malah di sini dimunculkan mahkluk horor yang nggak ‘umum’ di Indonesia yaitu zombie.

Dari 6 cerita yang ditampilkan, bukanlah Dara yang memukau gue. Malah Titisan Naya dan The List yang lebih menarik hati gue. Di segmen The List, sekalipun judulnya pake English tapi ceritanya di seputar tema santet yang dibalut komedi. Buat yang kepingin berasa thrill bakalan bete, tapi gue justru suka dengan temanya yang Indonesia banget, juga balutan komedinya yang sekaligus menyisipkan pesan moral yang cukup dalam.

Yang paling bagus buat gue ada di segmen Titisan Naya garapan Riri Riza. Film ini berhasil menggambarkan seperti apa kesurupan yang dekat sekali dengan kenyataan sehari-hari. Apa yang divisualkan di segmen itu pernah gue denger dari cerita mereka yang pernah kesurupan.

Terlepas dari serem ato enggaknya, film ini berani tampil beda. Bukan lagi genre sampah yang ada di pasaran. Semua filmnya tampil cukup baik. Dan beberapa cast-nya cukup asyik; seperti yang diperankan oleh Dinna Olivia, Wiwied Gunawan, Epy Kusnandar dan Shareefa Daanish (sekalipun gue dan istri sulit melepaskan image Daanish di salah satu serial komsit TV; “Mas Kosiiiimmm! Nasi gorengnya mana?”). Ngga bisa ditampik bahwa sepanjang waktu banyak gue kenali dari film mana aja ide-ide asli film ini. Tapi keberaniannya lah yang patut gue acungi jempol tinggi-tinggi.

Kalo sekarang gue denger film ini kurang laku di pemutaran regulernya, ada beberapa kemungkinan yang bisa aja berpengaruh; pendukung film Indonesia bermutu sudah nonton film ini di INAFFF, yang nonton di INAFFF sebagian besar kasi review negatif tentang film ini, penonton Indonesia belom terbiasa menonton film-film pendek, penonton Indonesai ngga kenal dengan sebagian besar tema yang diangkat di film ini, dan yang terakhir mungkin karena pemutaran regulernya cuma di bioskop yang punya jaringan terbatas dengan HTM-nya yang cukup mahal :D

Apa pun kendalanya, gue sih berdoa selalu untuk sineas Indonesia untuk selalu berani bikin film yang bermutu baik dan ngga cuma ngikutin pasar. Bikinlah yang beda supaya mudah-mudahan bisa jadi bahan belajar untuk penonton film Indonesia.

No comments: