IN THE NAME OF LOVE
Director:
RUDI SOEDJARWO
Written by:
TITIEN WATTIMENA, RUDI SOEDJARWO, FAHMI RIZAL, CASSANDRA MASSARDI
Music:
ADDIE MS
Director of Photography:
RUDI SOEDJARWO
Producers:
TUTIE KIRANA, RUDI SOEDJARWO, KOKO SUNARSO T. U.
Executive Producers:
PANJI WISESO, TUTIE KIRANA, RAMA NALAPRAYA
Casts:
VINO G. BASTIAN, ACHA SEPTRIASA, CHRISTINE HAKIM, TUTIE KIRANA, ROY MARTEN, COK SIMBARA, LUKMAN SARDI, LUNA MAYA, TENGKU FIRMANSYAH, NINO FERNANDEZ, YAMA CARLOS, DICKY WAHYUDI, MARSHA TIMOTHY, HELMALIA PUTRI, ARIO BAYU, PANJI RAHADI
Synopsis:
Adalah manusia yang bernama Satrio Hidayat yang mencintai Citra tapi karena ketidakberaniannya melamar Citra, dengan alasan kemapanan yang belum dicapai, maka Citra memilih menikah dengan Triawan Negara.
Ketika kemudian, baik Satrio maupun Triawan, sukses di bidangnya masing-masing, kebencian di antara mereka pun mereka bawa, hingga di satu titik mereka mempertunjukkan permusuhan mereka dengan saling menjatuhkan di depan publik. Sejak itulah kebencian mereka menjadi abadi.
Satrio yang kemudian menikah dengan Kartika, memiliki tiga anak lelaki, Aryan, Aditya, dan Abimanyu. Triawan dan Citra pun memiliki anak-anak Rianti, Panji, Banyu, Saskia dan Dirga.
Baik Satrio maupun Triawan menurunkan benih-benih permusuhan itu ke dalam jiwa anak-anaknya. Hingga kemudian Saskia dan Abimanyu saling jatuh cinta.
Saskia, yang menjadi junior Abimanyu di kampus, menjalani hubungan yang mereka tau tidak akan disetujui keluarga mereka. Tapi mengatasnamakan cinta, mereka berjuang, di tengah permusuhan dan carut marut keluarga mereka. Mereka pun tinggalkan keluarga demi cinta itu.
Perseteruan pun meningkat karena kenekadan mereka. Kedua keluarga pun saling buru, sementara dalam keluarga mereka masing-masing pun masalah tak pernah berhenti menghampiri.
Abimanyu dan Saskia pun bertahan, hingga satu persatu kebencian itu luruh melihat perjuangan mereka.
Abimanyu dan Saskia yang masih sama-sama muda, namun ternyata bisa mengajarkan satu hal kepada keluarga mereka, bahwa cinta harus diperjuangkan… sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh orang tua mereka.
Note:
Kepingin banget liat lagi Rudy Soedjarwo bikin film yang bertemakan cinta setelah beberapa kali dia dengan ngototnya membesut film-film bertemakan pocong! Setelah AADC, Rudy banyak ‘bereksperimen’ membesut berbagai macam tema sampai akhirnya tergiur banget dengan pocong. Rada susah mengkategorikan sutradara macam apa Rudy Soedjarwo itu. Hampir semua tema pernah dia coba. Bekerja sama dengan berbagai macam produser pun pernah juga dia coba. Bahkan duet ‘abadi’nya dengan Monty Tiwa ternyata tidak juga abadi. Tapi ngga masalah karena memang untuk era perfilman Indonesia mutakhir masih ‘wajib’ bagi para film maker untuk mencoba membuat berbagai tema film. Siapa tau bisa jadi trendsetter. Salah-salah bisa juga dicaci sebagai pembuat film sampah.
Cerita cinta yang kali ini diangkat Rudy bukan cerita yang baru dan orisinil. Cerita cinta dari dua manusia yang mana kedua keluarganya saling bermusuhan tentunya mengingatkan kita pada karya klasik dari Shakespeare. Bisa jadi film ini merupakan saduran bebas dari naskah drama Romeo and Juliet.
Rudy mencoba membumikan kisah itu ke dalam ‘rasa’ Indonesia. Bahkan Rudy berusaha menyampaikan sebab musabab dari cerita perseteruan yang nyaris tak terselesaikan ini. Dan memang cerita cinta yang terlarang tidak pernah secara formal menjadi milik salah satu bangsa di dunia ini. Cerita cinta yang terlarang selalu ada di setiap pojok kehidupan manusia.
Tapi film ini menjadi tontonan yang melelahkan buat gue. Tema yang sudah duluan ketauan dengan tutur visual yang nyaris datar malah bikin gue menunggu kapan film ini berakhir. Yang paling gue tunggu cuma bagaimana film ini akan berakhir, sementara kita semua udah tau bagaimana kisah asli Romeo and Juliet berakhir. Apalagi ditambah dengan warna film yang suram tapi ngga imbang kontrasnya. Sepanjang film gue tonton mengenakan kaca mata item.
Dan penantian gue yang cukup panjang harus diakhiri dengan kekecewaan. Dan gue sampai saat ini masih bimbang, apakah gue harus melanjutkan penantian ataukah harus gue sudahi saja penantian ini?