tag:

09 October 2009

CINtA: Kerasnya Tohokan Kenyataan Perbedaan



Judul:
CINtA

Sutradara:
Steven Facius

Skenario:
Steven Facius, Akbar Maraputra

Penata Musik:
Titi Sjuman

Pemeran:
Verdy Solaiman, Titi Sjuman, Hengky Solaiman, Djenar Maesa Ayu, Ahmad Nugraha, Riyadh Assegaff, Mahbub Wibowo

Plot:
Ini adalah kisah CINtA di sebuah dunia yang masih menyisakan bekas luka lama di masa lalu. Antara seorang Cina bernama A Su dan Siti, seorang muslimah. Di hari yang menentukan segalanya A Su meminta Siti untuk menikah. Pertanyaan sederhana yang harus mereka jawab bersama dengan cara yang susah.
Pencarian jawaban dari dua orang sederhana yang tidak mengerti kenapa mereka harus berbeda. Dan sebaliknya mengerti, kalau sebenarnya mereka cuma saling jatuh cinta.

Catatan:
Nontonnya termasuk dadakan nih, bahkan terasa seperti dijebak! :P Sebenernya sih bukan dadakan atau pun dijebak, guenya aja o’on yang ngga tanggap situasi. Tapi kalo jebakan model begini sih boleh aja sering-sering koq! :D

Anyway, film yang masih selalu disalah dugakan dengan film lain berjudul sama ini terasa cukup mencekam sejak awal mulanya. Tidak hanya karena musik score-nya (yang ditata dengan apik oleh Titi Sjuman) tapi juga karena pemilihan warna dan angle kamera yang kelam dan yang pasti dialog-dialognya yang ‘keras’. Pada awalnya gue hanya berekspektasi film akan bertutur tema percintaan dua manusia berbeda suku dengan cara penyampaian yang berbeda dari film lainnya. Tapi ternyata dalam durasi yang singkat film ini tidak hanya menyampaikan dengan berbeda, tetapi juga mampu menyampaikan tema tersebut dengan konflik yang betul-betul tajam! Terasa menohok perasaan hati gue.

Cara penyampaiannya begitu keras, sama kerasnya dengan kenyataan yang ada. Gue bukan TiongHoa, tapi mungkin karena sejak kecil sampai sekarang cukup dekat dengan mereka, gue bisa merasakan betapa kerasnya kondisi yang mereka rasakan untuk hidup di Negara ini. Sekalipun bukan dalam diskriminasi yang terang-terangan lagi sejak tahun 1998, tapi perasaan ‘berbeda’ dan ‘dibedakan’ belum bisa dihapus dengan mudah.

Ada satu adegan yang bikin gue tersenyum karena kedalaman pesannya, saat A Su berusaha merubah salah satu bagian identitas di KTP miliknya. Tulisan yang A Su tulis di situ menurut gue tepat banget; seperti itulah seharusnya menurut gue. Ngga tau sih kalo orang lain merasakan/mengerti hal yang sama.

Dengan spirit yang sama dengan film Babi Buta yang Ingin Terbang (namun lebih linier dalam bertutur), film ini tidak menggurui dan juga tidak memberikan solusi. Tapi kenyataan yang disampaikan film ini membuat gue tersadar bahwa diskriminasi tidak mudah dihapus hanya dengan beberapa lembar peraturan.

No comments: