tag:

07 July 2008

FIKSI



Judul:
Fiksi

Sutradara:
Mouly Surya

Skenario:
Joko Anwar

Cerita:
Seorang gadis muda dengan trauma atas kematian ibunya, mencoba menapaki kehidupannya di luar rumahnya yang bagaikan istana. Segalanya bermula dari ketertarikannya kepada seorang lak-laki muda yang sementara waktu sempat bekerja sebagai pembersih kolam renang di rumahnya. Rasa ketertarikannya itu menjadi pemicu baginya untuk terus mengenal semakin dekat laki-laki muda itu.
Dan ternyata dinamika kehidupan di luar rumah tak berada dalam rengkuhan di gadis muda.

Catatan:
Sejak tau skenario film ini ditulis oleh Joko Anwar, gue udah selalu pasang ancang-ancang untuk nonton film ini di bioskop. Sempet juga kuatir ngga kebagian nonton. Bukan karena film ini selalu sold out, tapi karena gue sering terbentur dengan waktu untuk keperluan lain di akhir pekan. Secara film-film seperti ini tayangnya cuma di grup 21 pada bioskop-bioskop tertentu dengan masa tayang terbatas. Gue ngga mau kejadian lagi ketinggalan nonton May.

Akhirnya kebagian juga, ternyata itu adalah minggu terakhir film Fiksi tayang di grup 21 Jakarta. Begitulah, memang untuk film-film seperti inilah gue terpaksa ‘kompromi’ dengan grup 21. Apalagi pada akhir masa tayangnya, film ini diputar di bioskop 21 yang ngga ada paket pay one for two-nya. Demi film Indonesia yang berkualitas, ngga apa-apa juga deh harus kompromi dengan pihak kapitalis monopolis.

Denger-denger nih, sang sutradara film ini sebenernya udah nyiapin sekalian dengan skenarionya. Untuk film pertamanya ini, dia udah siapin segala sesuatunya termasuk bikin production house sendiri bareng suaminya. Tapi ternyata Mouly Surya cukup pinter untuk akhirnya dia serahkan penulisan skenario film thriller ini kepada Joko Anwar. Makanya film ini terasa banget kentalnya gaya cerita Joko Anwar. Sekalipun tidak sama persis, film Fiksi ini punya kesuraman yang sama dengan film Kala yang nota bene adalah tulisan dan besutan Joko Anwar.

Untuk ukuran film perdana, menurut gue sang sutradara udah punya idealisme tertentu dalam membuat film. Cara menyampaikan cerita thriller ini bener-bener dapet, bener-bener bisa bikin gue pingin nonton film ini sampai selesai dengan perasaan penasaran sekaligus capek karena sukses terteror. Bahkan sehari setelah nonton, gue masih merasakan kesuraman film ini. Itu indikator film thriller yang sukses, karena gue bukan penakut.

Cerita yang disampaikan cukup nyata, bisa saja hal yang sama terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemungkinan semacam ini yang juga semakin menguatkan unsur thriller-nya.

Jarang banget Indonesia punya film semacam ini. Dan memang menjadi semakin jarang karena keterbatasan tayang di bioskop.

No comments: