11 January 2009
AUSTRALIA: The Ballad (or Epic??) of The Unwanted Children
Title:
Australia
Director:
Baz Luhrmann
Casts:
Hugh Jackman, Nicole Kidman
Plot:
In northern Australia at the beginning of World War II, an English aristocrat inherits a cattle station the size of Maryland. When English cattle barons plot to take her land, she reluctantly joins forces with a rough-hewn stock-man to drive 2,000 head of cattle across hundreds of miles of the country's most unforgiving land, only to still face the bombing of Darwin, Australia, by the Japanese forces that had attacked Pearl Harbor only months earlier.
Note:
Gue termasuk telat nonton film ini. Tapi gue tetep mo nonton meskipun banyak juga yang bilang kalo film ini ngga terlalu worth untuk ditonton. Dan seperti biasanya gue ngga terlalu peduli dengan review, resensi dan bahkan spoiler sekalipun, gue pun tetep kepingin nonton film ini. Satu-satunya alasan gue kepingin nonton karena film ini disutradarai oleh Baz Luhrmann.
Sutradaranya termasuk yang paling tidak produktif dalam membuat film layar lebar. Dan Australia adalah film layar lebar keempatnya. Dua dari tiga film sebelumnya udah gue tonton dan selalu memberikan kesan nyeleneh namun menyentuh emosi sentimental gue. Dan film Australia pun meninggalkan kesan yang sama pada tema yang berbeda.
Dalam film ini Luhrmann seperti mewakili ‘kaum pendatang’ kulit putih Australia atas ‘kejahatan’ mereka di masa lalu yang ‘menghasilkan’ Stolen Generation di benua yang juga sering disebut dengan Down Under. Berlatar kisah perebutan penguasaan ternak di awal Perang Dunia II, ‘borok’ benua kangguru ini diangkat dengan penceritaan yang indah namun menusuk perasaan gue.
Anak-anak keturunan hasil ‘campuran paksa’ pendatang kulit putih dan Suku Aborigin tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Bahkan langsung diasingkan oleh kaum kulit putih. Hal ini seperti memiliki pertalian emosi karena membuat gue teringat akan sepupu gue nun jauh di sana yang hampir-hampir diambil dan diasuh oleh negara karena ayah kandungnya mengaku tidak mampu mengurusnya lagi; bukan karena kekurangan ekonomi, tapi karena sedang dalam proses menikah lagi!
Mungkin aja karena gue termasuk emosionil dan sentimental, tapi tema unwanted children di film ini pas bener gue sedang kangen dengan sepupu kecil gue itu. Perasaan kangen jadi bercampur sedih karena menyaksikan kebimbangan Nullah dalam mencari jati dirinya. Dan film ini menegaskan bahwa kasih sayang Tuhan tidak selamanya sama dengan hubungan darah dan keturunan. Manusia yang baik –dan yang mau menjadi baik- selalu berada dalam lindungan alam. King George –sebuah personifikasi dari alam- selalu melindungi Nullah, melalui wejangan dan nyanyiannya.
Betapa bahagianya gue yang selalu masih diinginkan.
Labels:
Movies
1 comment:
bos di-link ya blognya. keren nih isinya. tapi, tambahin gambarnya dong biar lebih hidup ni blog. heheheheh
Post a Comment