tag:

08 October 2009

Cin(T)a: Asyiknya Berdialog



Judul:
Cin(T)a

Sutradara:
Sammaria Simanjuntak

Pemeran:
Saira Jihan, Sunny Soon

Plot:
Film Cin(T)a adalah kisah cinta segitiga antara Cina, Annisa, dan Tuhan.
Cina (Sunny Soon), mahasiswa baru, 18 tahun, bercita-cita menguasai dunia dengan Tuhannya, Yesus Kristus, di sisinya. Ia percaya bahwa ia dipilih Tuhan untuk menjadi gubernur Tapanuli, sebuah provinsi yang akan terbentuk di masa yang akan datang. Cina berjuang dengan iman yang kuat, namun naif, karena terus menemui kegagalan.
Annisa (Saira Jihan), mahasiswa senior, 24 tahun, yang mana akademisnya agak terhambat karena karirnya sebagai bintang baru di dunia perfilman. Ia putus asa membuktikan bahwa ia bukan perempuan yang hanya memiliki kecantikan dan tidak terlalu pintar. Ketenaran dan kecantikannya malah membuatnya kesepian di mana ia hanya percaya pada cinta dari keluarganya, keluarga Jawa dengan tradisi Islam yang kuat.

Note:
Tema kisah cinta antar ras selalu menarik untuk diceritakan. Baik itu kesedihannya, kesulitannya atau bahkan keindahannya. Cerita semacam ini ngga hanya dimonopoli Indonesia dengan kisah cinta antara seorang pribumi (??) dengan keturunan TiongHoa. Di Amerika Serikat, yang katanya Negara paling demokratis di dunia pun selalu punya kisah menarik tentang hubungan antara seorang Afro Amerika dengan ras kulit putih yang mayoritas di sana.

Dalam film ini, selain mengetengahkan kisah cinta perempuan Jawa dengan laki-laki TiongHoa, juga ‘dipertajam’ dengan perbedaan latar keyakinan agama keduanya; yang Jawa adalah seorang perempuan Muslim yang taat, si laki-laki TiongHoa adalah umat Kristiani. Tetapi perbedaan yang ‘tajam’ itu tidak disampaikan dengan keras atau tegang. Kisah cinta mereka diceritakan dengan cukup santai, asyik bahkan kadang lucu, tapi tetap sarat dengan ‘gugatan’.

Film ini banyak membuat gue tersenyum dengan semua dialog-dialognya. Sekalipun kadang masih terdengar seperti menggurui, tapi cukup mampu disampaikan dengan santai. Dalam kenyataannya justru dalam obrolan ‘pinggir jalan’ sekalipun seringkali kita mendengar kalimat-kalimat yang menggurui. Film ini cukup nyata dalam dialog namun disampaikan dengan santai cenderung ‘cool’.

Tensi cerita nyaris tidak pernah mencapai ketegangan. Sekalipun dalam kesedihan, karakter Annisa ataupun Cina tidak pernah digambarkan larut. Life goes on, terus berlanjut dengan dialog sekalipun mereka tetap di jalurnya masing-masing.

1 comment:

Bang Mupi said...

i like this movie :D
Smart dialogue