06 January 2012
The Raid: Ini Film Aksi, Ini Film Aksi Indonesia!
Judul:
The Raid
Produser:
Nathaniel Bolotin, Todd Brown, Rangga Maya Barack Evans, Irwan D Musry, Ario Sagantoro
Sutradara:
Gareth H Evans
Penulis:
Gareth H Evans
Pemeran:
Iko Uwais, Pierre Gruno, Ray Sahetapy, Joe Taslim, Tegar Satria, Verdi Solaiman, Ananda George, Eka Rahmadia, R Iman Aji, Donny Alamsyah, Yayan Ruhian
Plot:
Pasukan khusus tiba di sebuah blok apartemen yang tidak terurus dengan misi menangkap pemiliknya, raja bandar narkotik bernama Tama. Blok ini tidak pernah digrebeg oleh polisi sebelumnya. Sebagai tempat yang tidak terjangkau oleh pihak berwajib, gedung tersebut menjadi tempat berlindung para pembunuh, anggota geng, pemerkosa, dan pencuri yang mencari tempat tinggal aman.
Mulai bertindak di pagi buta, pasukan tersebut diam-diam merambah ke dalam gedung dan mengendalikan setiap lantai yang mereka naiki dengan mantap. Tetapi ketika mereka terlihat oleh pengintai Tama, penyerangan mereka terbongkar. Dari penthouse suite-nya, Tama menginstruksikan untuk mengunci gedung apartemen dengan memadamkan lampu dan menutup semua jalan keluar.
Terjebak di lantai 6 tanpa komunikasi dan diserang oleh penghuni apartemen yang diperintahkan oleh Tama, pasukan itu harus berjuang melewati setiap lantai dan setiap ruangan untuk menyelesaikan misi mereka dan bertahan hidup.
Catatan:
Di antara kita pasti ada yang pernah nonton film komedi romantis di bioskop sambil rame-rame nyebut “ooowwwhhh!” pas adegan romantik unyu-nya. Hal yang ‘hampir sama’ terjadi saat nonton The Raid di layar lebar, sebagian besar penonton rame-rame nyebut (teriak) “ wuanjengggg!” Haha! Film yang sempat mau dikasi judul ‘Serbuan Maut’ untuk edaran domestiknya ini memang menyodorkan adegan-adegan aksi yang bikin penontonnya menyumpah nyampah saking serunya!
Gue pernah nonton The Fighter dan Warrior yang menyajikan pertarungan aksi bela diri yang sangat memancang penonton hingga terbawa layaknya menyaksikan pertarungan secara live. Namun The Raid mampu lebih membuat mata penonton melotot (atau malah menutup mata karena ngeri??) menyaksikan aksi bela diri yang nyaris tanpa jeda.
Berbeda dengan yang pernah disuguhkan Gareth Evans dalam Merantau (2009), film yang premiere di Toronto International Film Festival ini meramu semua jenis pertarungan dan perkelahian, sekaligus juga menyuguhkan pertempuran senjata api. Memang masih mengedepankan aksi tarung bela diri, namun kali ini lebih bebas menggunakan senjata tajam (bahkan apa pun!) dan jauh lebih lebih brutal daripada yang pernah diperlihatkan dalam film Merantau.
Penyuka film-film genre aksi pasti sudah hafal dengan semua gaya film-film sejenis yang pernah ada dari seluruh dunia. Film aksi produksi Amerika tentunya berbeda gaya dengan produksi Eropa. Film-film aksi produksi Asia, khususnya Hong Kong, biasanya paling mengemuka karena unsur bela diri yang kental dan selalu tampak nyata di layar lebar. Nah kita bakal menemukan gabungan dari semua gaya film aksi dalam film The Raid; aksi penyerbuan bersenjata yang sangat terasa Amerika/Eropa dilanjut dengan aksi tarung bela diri Asia. Gabungan massive ini menghasilkan adegan-adegan aksi yang sangat sangat ‘mengerikan’!
Latar belakang seorang Gareth Evans yang kelahiran Wales – Inggris namun dengan kesukaan menyaksikan film-film aksi produksi Hong Kong sejak kanak-kanak mungkin bisa sedikit menjelaskan formula aksi yang disajikan dalam The Raid. Koreografi dan sinematografi adegan aksi yang disusun Gareth bersama Yayan Ruhiyan dan Iko Uwais selama enam bulan sebelum shooting resmi dimulai menghasilkan adegan-adegan aksi yang tervisualisasi dengan prima.
Di antara ‘jualan’ aksi yang mampu membuat penontonnya terengah-engah, The Raid sedikit kedodoran dari segi cerita. Kisah drama yang mestinya menjadi benang merah cerita akhirnya hanya sebatas menjelaskan hubungan antar karakter utama dan menyelipkan twist cerita yang sebenarnya tidak terlalu mengejutkan (meski juga tidak mudah tertebak). Formula cerita yang disuguhkan dalam film ini pun adalah formula yang sudah umum dalam film-film bergenre sejenis; jagoan bersahaja, penyerbuan, jebakan, tangan kanan bos penjahat yang sulit dikalahkan, twist cerita, kebenaran/kebaikan tetap menang. Boleh-boleh aja koq. Dan Gareth sudah memilih untuk ‘jualan’ segi aksinya.
Performa para aktor dalam The Raid mungkin boleh dibagi dalam dua kategori; kategori peran karakter dan peran aksi. Untuk peran aksi sangat-sangat mantap disuguhkan oleh Iko Uwais (Rama) dan Donny Alamsyah (Andi). Joe Taslim (Jaka) yang tampil sebagai komandan pasukan juga bisa tampil ganas dengan banyak improvisasi dari dasar ilmu bela diri Judo yang dikuasainya. Tapi titel juaranya juara aksi harus disematkan kepada Yayan Ruhiyan yang berperan sebagai Mad Dog yang dingin, agak dungu, namun super ganas. Saran gue, jangan sekali-sekali tutup mata anda saat menyaksikan adegan ‘threesome’ Mad Dog bersama Andi dan Rama!
Henky Solaiman selalu mampu mencuri perhatian meski di sini hanya tampil sebentar sebagai ayah yang kuatir akan keselamatan anak laki-lakinya. Namun penonton bakal terbius dengan penampilan Ray Sahetapy yang berperan sebagai Tama, karakter bos Mafia lokal yang sangat santai namun dingin dan keji. Tampil berkolor sambil makan mi instan dalam adegan menghadapi penyusup-penyusup yang tertangkap, Ray Sahetapy mampu bikin gue merinding karena tampilannya yang ‘membumi’ itu yang mungkin saja merupakan representasi/karakterisasi bos kriminal lokal beneran!
Sekali lagi Gareth Evans menyudahi filmnya dengan ending ‘terbuka’. Meski kedodoran dari segi cerita, satu hal yang dapat diperoleh dari cerita The Raid adalah bahwa dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang murni hitam putih. Semuanya selalu abu-abu.
Labels:
Movies
No comments:
Post a Comment