30 July 2009
KNOWING: Manusia adalah Mahkluk yang Paling Mulia
Title:
Knowing
Director:
Alex Proyas
Writers:
Ryne Douglas Pearson, Juliet Snowden
Cast:
Nicolas Cage, Chandler Canterbury, Rose Byrne, Lara Robinson, D.G. Maloney, Nadia Townsend, Alan Hopgood, Adrienne Pickering, Joshua Long, Danielle Carter
Plot:
In the fall of 1959, for a time capsule, students draw pictures of life as they imagine it will be in 50 years. Lucinda, an odd child who hears voices, swiftly writes a long string of numbers. In 2009, the capsule is opened; student Caleb Koestler gets Lucinda's "drawing" and his father John, an astrophysicist and grieving widower, takes a look. He discovers dates of disasters over the past 50 years with the number who died. Three dates remain, all coming soon. He investigates, learns of Lucinda, and looks for her family. He fears for his son, who's started to hear voices and who is visited by a silent stranger who shows him a vision of fire and destruction. What's going on?
Note:
Sekalipun gue suka nonton film, tapi ngga semuanya gue tonton di bioskop. Adalah beberapa jenis film yang nggak masuk prioritas gue untuk ditonton di bioskop, misalnya romantic comedy, family drama, dan beberapa jenis lainnya termasuk juga horor :p Tapi genre less-priority itu sering gue langgar sendiri apabila ada film-film Indonesia dengan rekomendasi baik.
Khusus untuk film Knowing, muncul subyektivitas gue karena ‘rekomendasi’ dari sutradara favorit gue. Gue sempet baca update status FB-nya yang bilang dia suka banget dengan film ini, bahkan sempet komentar suka banget dengan endingnya. Gue kan jadi penasaran.
Begitu masuk di menit-menit, sempet muncul rasa penyesalan karena gue merasa tegang banget. Gue emang ngga terbiasa nonton thriller/horror di bioskop. Semua juga tau ya di dalam bioskop yang gelap dan dingin, gue merasa ‘terjebak’ harus berlama-lama menatap layar penuh ketegangan. Tapi rasa penasaran gue lebih besar daripada perasaan terjebak tadi. Ya terus deh sampai selesai.
Makin lama makin tercekam dengan ceritanya. Semuanya terasa nyata. Gue berhasil dibikin percaya bahwa semua hal dalam film ini mungkin saja terjadi. Gue ngga merasa itu hanya sebuah cerita dalam film. Dari keyakinan yang gue anut justru membuat gue setuju dengan cerita yang disampaikan.
Mengenai ending yang mengundang kontroversi, gue malah setuju sekali dengan visualisasinya dengan logika bahwa mungkin saja kejadian itu dilihat dari sisi berbeda namun dengan keyakinan yang berujung sama. Keyakinan yang gue maksud adalah bahwa manusia itu pada dasarnya adalah mahkluk yang paling mulia yang pasti akan diselamatkan dan dimuliakan kedudukannya di hadapan Sang Pencipta.
Dan dari sudut pandang film yang beda itulah, gue jadi tau kenapa si sutradara favorit gue itu suka banget dengan ending film ini yang menggugah logika dan keyakinan.
Labels:
Movies
No comments:
Post a Comment