Judul:
Kristus Tuhan Meninggalkan Mesir
(Christ the Lord Out of Egypt)
Penulis:
Anne Rice
Alih Bahasa:
Esti Ayu Budihabsari
Penerbit:
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006; 392 hlm
Catatan:
Waktu ‘ngintip’ daleman buku ini di toko buku, gue berharap banyak dengan isinya. Gue beli juga akhirnya, sekalipun buku ini sempet lama jadi anggota tumpukan bersama buku-buku gue lainnya yang belum terbaca.
Pada mood yang pas akhirnya gue mulai juga membaca buku ini.
Awalnya premis buku ini tentang tahun-tahun awal kehidupan Yesus yang tidak disampaikan dalam Injil sangat menarik hati. Buku ini memang menceritakan kurun waktu kembalinya Yesus bersama keluarganya ke Nazareth setelah bertahun-tahun ‘mengungsi’ ke Mesir sejak Yesus dilahirkan di Betlehem.
Gue berharap buku ini menceritakan sisi kemanusiaan Yesus sebelum nantinya ‘ditahbiskan’ menjadi Juru Selamat. Tapi ternyata justru diceritakan awal mula pencarian jati diri spiritual seorang Yesus kecil. Sejak awal mula masa itulah Yesus kecil sudah mulai menemukan kenabiannya. Yesus kecil menjadi tidak sama dengan anak-anak lainnya yang sebaya. Sekalipun ‘ringan’ tapi sifat-sifat kenabian yang sudah mulai muncul dalam dirinya membuat Yesus kecil menjadi lebih tua daripada umurnya saat itu.
Rasanya gue seperti membaca Injil, bahkan mungkin bagian yang hilang dari Injil, dibandingkan membaca sebuah novel. Penceritaannya pun cenderung datar dan lamban. Mungkin juga karena gue ngga terbiasa dengan gaya penulisan Anne Rice. Tapi bisa juga karena hasil terjemahannya yang kurang baik.
Anne Rice sepertinya memang berniat menuliskan novel dengan semangat gospel, yang menurut gue menjadikan novel ini menjadi kurang manusiawi. Buat gue, novel ini jadi tidak terlalu menarik dan juga jadi sulit untuk diselesaikan. Yesus kecil yang disampaikan dalam novel ini seperti sudah dijelaskan masa depannya yang akan menjadi nabi. Penyampaian konflik-konflik batin tidak cukup mengguncang, mungkin karena tidak ingin menggoyang perspektif keagungan Yesus sebagai Nabi.
Selesai membaca novel ini, gue jadi teringat buku tentang Yesus dewasa yang ditulis Khalil Gibran. Memang sih ngga bisa dibandingkan, tapi sekalipun berat, buku yang berjudul ‘Yesus Anak Manusia’, masih bisa gue nikmati sampai selesainya. Jadi kepingin baca lagi deh.
No comments:
Post a Comment