tag:

29 March 2009

THE WRESTLER: The Unforgiven’s Choice



Title:
The Wrestler

Director:
Darren Aronofsky

Writer:
Robert D. Siegel

Cast:
Mickey Rourke, Marisa Tomei, Evan Rachel Wood, Ernest Miller

Plot:
This is a drama about an aging professional wrestler, decades past his prime, who now barely gets by working small wrestling shows in VFW halls and as a part-time grocery store employee. As he faces health problems that may end his wrestling career for good he attempts to come to terms with his life outside the ring: by working full time at the grocery store, trying to reconcile with the daughter he abandoned in childhood and forming a closer bond with a stripper he has romantic feelings for. He struggles with his new life and an offer of a high-profile rematch with his 1980s arch-nemesis, The Ayatollah, which may be his ticket back to stardom.


Note:
Waktu tahu film ini mendapat pujian di Cannes Film Festival, gue langsung penasaran. Apalagi setelah tahu kalo sutradaranya adalah Darren Aronofsky, makin penasaran deh! Karya Darren yang paling sinting, Requiem of Dream, masih selalu ‘menghantui’ gue.

Pemilihan cast yang tepat sekali, bikin film ini serasa menyaksikan biopic dokumenter seorang wrestler tua. Belum lagi sinematografi yang terkesan menangkap set dan suasana dengan apa adanya. Tuturan cerita yang tragis psikologis (ini istilah gue sendiri sih) bikin gue trenyuh khususnya pada adegan terakhir.

Darren kali ini benar-benar memaksimalkan acting Mickey Rourke sekaligus dengan penampilan fisiknya. Wajah asli Mickey Rourke yang memang pernah mengalami operasi perbaikan akibat bertinju, menjadi wajah yang meyakinkan sebagai wajah tua dan letih seorang wrestler Amerika yang seumur hidupnya selalu berakting di hadapan para penggemarnya.

Darren menyampaikan sisi gelap dari pilihan hidup di masa lalu, sekarang dan masa depan. Sekalipun gelap, tapi gue melihat ‘ajakan’ Darren untuk tidak menyesali pilihan apa pun yang pernah kita buat di masa lalu. Sampai saat terakhir pun sebenarnya kita ngga pernah sendirian. Tinggal bagaimana kita memilih untuk menyikapinya.

Sekalipun Randy ‘The Ram’ memilih ‘kembali’ sebagai wrestler, kita penonton film ini dibuat tersadar akan pilihan-pilihan hidup yang lebih nyata dan penting untuk menentukan kelanjutan hidup kita.

PS:
Thanks to Blitz yang menayangkan film ini di Indonesia. Cuma gunting sensornya cukup mengganggu, khususnya pas adegan pidato terakhir Randy. Ternyata ngga ada esensi yang perlu disensor! Malah awalnya gue sempet kuatir film ini ngga bakal masuk ke Indonesia karena ada nama The Ayatollah.
Kalo beberapa adegan yang kena sensor di club striptease juga lumayan mengganggu karena awal simpati Randy kepada Cassidy jadi hilang. Tapi lucunya di tengah-tengah film, khususnya adegan lain Cassidy di club striptease, gunting sensor seperti udah ngga mau ambil pusing lagi. Padahal jelas banget penampilan body Marissa Tomei. Capek nyensor tuh!

No comments: