24 August 2009
GARUDA DI DADAKU: Untuk Hiburan dan Kebanggaan Keluarga Indonesia
Judul:
Garuda di Dadaku
Sutradara:
Ifa Isfansyah
Penulis skenario:
Salman Aristo
Para Pemeran:
Emir Mahira, Aldo Tansani, Marsha Aruan, Ikranagara, Maudy Kusnaedi, Leroy Osmani, Ramzi, Ari Sihasale
Catatan:
Sedikit aja ada review positif untuk sebuah film Indonesia, gue selalu jadi kepingin menyaksikan film itu. Mudah-mudahan masih sempat nonton di bioskop, seperti kita tau ada ‘diskriminasi’ terhadap film-film Indonesia kecuali yang laku, ato minimal sempet gue tonton di DVD sekaligus mengkoleksinya.
Seperti halnya untuk film Garuda di Dadaku ini. Cukup dengan membaca 1 review positif tentang film ini, tentunya dari reviewer terpercaya, gue jelas langsung siap-siap berangkat ke bioskop untuk menyaksikannya. Tapi waktu awal-awal film ini dirilis, gue sedang punya kesibukan yang cukup menyita waktu dan menyedot kondisi kesehatan sehingga pada akhir pekan malah gue manfaatkan untuk istirahat di rumah. Untungnya dalam akhir pekan berikutnya gue sempat juga menyaksikan film ini di bioskop favorit gue.
Dan seperti biasanya juga, sekalipun sudah ada review positif tentang film ini, gue selalu tidak berekspektasi terlalu tinggi. Dan film ini memang tidak tergolong istimewa tapi masih boleh rekomendasikan sebagai tontonan yang cukup baik, apalagi dijadikan tontonan bagi keluarga.
Waktu baru duduk di dalam theater, mula-mula gue rada terganggu dengan celotehan beberapa penonton cilik yang berada agak ke belakang. Waktu itu sih karena sudah hampir habis masa tayangnya, dalam theater dengan kapasitas kecil hanya terisi setengahnya dan gue kebagian di baris tengah tapi jadi penonton yang paling depan.
Menit-menit awal pun gue masih merasa terganggu dengan ulah penonton cilik yang sedikit-sedikit melontarkan pertanyaan dengan suara agak berteriak. Tapi setelah semakin lama mengikuti cerita film ini gue menjadi jadi sangat-sangat toleran dengan kelakuan penonton cilik itu, sekalipun memang seharusnya tidak boleh terjadi keributan di dalam theater, karena film ini pun memang berlatarkan cerita tentang keluarga dengan tokoh utama seorang anak laki-laki usia Sekolah Dasar.
Sayangnya cerita film ini jadi seperti hanya tersegmentasi kepada penonton anak-anak saja. Buat penonton dewasa seperti gue tentunya akan banyak mempertanyakan logika penceritaan di beberapa adegan. Belum lagi adegan tendangan kemenangan di sebuah try out sepak bola yang tidak menggunakan kelebihan si tokoh utama di awal cerita.
Untungnya masih ada tokoh Bang Dulloh yang cukup bisa menyegarkan suasana dengan semua kelakuan dan celetukan khasnya. Ngga salah kalo Ramzi, yang terkenal kocak di serial TV Cintaku di Rumah Susun, yang di-casting menjadi supir dodol tapi sekaligus jadi pengasuh yang sangat-sangat ngemong.
Secara keseluruhan film ini cukup enak disaksikan apalagi didukung dengan musik score yang keren, yang di-compose dengan apiknya oleh pasangan Aksan dan Titi Sjuman. Musiknya mampu mengantarkan sebuah kebanggaan dan kemegahan sebuah kemenangan dari perjuangan yang tulus demi sebuah olah raga yang paling dicinta di Indonesia.
Labels:
Movies
No comments:
Post a Comment