tag:

02 April 2008

THE BLUES BROTHERS: They’re Bad, They’re Brothers, and they’re The Blues

ditulis pada tanggal 23 Maret 2008

Title:
The Blues Brothers (1980)

Director:
John Landis

Cast:
John Belushi, Dan Aykroyd, James Brown, Cab Calloway, Ray Charles, Carrie Fisher, Aretha Franklin, Henry Gibson

Plot:
After the release of Jake Blues from prison, he and brother Elwood go to visit the old home where they were raised by nuns. They learn the church stopped its support and will sell the place to the education authority, and the only way to keep the place open is if the $5000 tax on the property is paid within 11 days. The brothers want to help and decide to put their blues band back together and raise the money by staging a big gig. As they set off on their "mission from god" they seem to make more enemies along the way. Will they manage to come up with the money in time?

Note:
Waktu nonton sekali lagi film ini kemaren, sempet heran kalo inget-inget pertama kali gue nonton film ini; koq bisa-bisanya dulu itu ada anak kecil betah nonton film seperti ini? Ngerti blues aja nggak. Apalagi ngerti kalo film ini sebenernya sebuah komedi satir yang dibungkus musikal. Iya sih, waktu gue nonton lagi film ini lebih bertemakan komedi satir dengan perantaraan musik blues yang disampaikan secara iconic oleh Jake dan Elwood Blues. Mungkin anak kecil yang pernah nonton film ini lebih dari 25 tahun yang lalu itu cuma seneng dengan adegan kebut-kebutan yang mirip banget dengan di film-film kartun. Tapi waktu gue tonton lagi, gue lebih bisa ngerti maksud film ini. Apalagi basic film ini diambil dari salah satu bagian acara komedi Saturday Night Live yang banyak becandaan dan parodinya.
Setting-nya yang berkutat di Chicago dan Illinois State bikin gue ngerti kenapa blues yang mereka bawakan agak beda dengan yang biasa gue denger dari Jimi Hendrix. Tapi tetep blues sih, beda aliran dikit aja. Buktinya tetep ada Ray Charles di sana.
Gue jelas suka banget dengan cerita tentang perjuangan mendirikan sebuah band, cerita tentang memperjuangkan musik yang dipahami. Jatuh bangun mereka mengembalikan kejayaan Blues Brothers Band menyatu banget dengan pribadi gue, seperti sekali waktu mereka harus rela jadi band country demi tetep bisa manggung dan dapet uang. Namanya juga akal-akalan. Haluan musik digeser dikit dan sedikit aja. Toh music country ngga jah-jauh amat dari blues. Tapi malah sebenernya keliatan kalo jago untuk banyak genre musik.
Film dengan cerita yang nggak realistis sebenernya menghibur banget, terutama mereka yang ngerti dengan satir dan mereka yang ngerti musik blues. Logika lurus memang musti diabaikan, tapi dengan wawasan yang lebih luas malah bisa dapet menikmati satirnya. Buat gue banget satir komikalnya; kebut-kebutan di tengah-tengah mall yang merusak toko-toko yang menjual barang mewah, pencerahan instan setelah mendengarkan khotbah musical dari seorang pendeta soul, biarawati yang menakutkan, polisi yang terlalu berlebihan dalam penangkapan, dan lain sebagainya. Sekalipun gue belom pernah nonton Saturday Night Live tapi gue menangkap film ini mengejek kemapanan melalui para pendekar blues yang selalu complain kepada kemapanan.
Nonton film ini serasa baca komik superhero. Cuma kali ini superhero-nya adalah superhero musik blues; The Blues Brothers, the Imperfect Superhero. Mobilnya sakti, mereka pun sakti; ngga bisa mati sekalipun apartemen Elwood diledakkan oleh si gadis misterius.
Berdasarkan referensi di film ini, gue sempet kagok waktu musik ska nge-trend di Indonesia. Dandanan penggemar ska mirip banget dengan Blues Brothers. Siapa niru siapa sih? Ternyata dandanan Blues Brothers memang diciptakan baru di Saturday Night Live, bukan merupakan ‘trade mark’ asli musik blues. Bisa aja kan kalo terinspirasi dari ska. Tapi gaya Blues Brothers legendaries banget lah. Gue ‘mengkultuskan’ mereka he he he.

No comments: